It is not the mountain we conquer but ourselves

27/11/10

HIDUP SEPERTI RODA YANG BERPUTAR?


Begini.......



Kalau memang hidup ini seperti roda yang terus berputar, artinya setiap yang berada di atas pasti suatu saat akan berada di bawah, sebaliknya yang dibawah pasti suatu saat akan berada di atas. Yang sekarang kaya besok pasti akan kembali miskin, dan yang sekarang miskin tidak perlu khawatir karena besok pasti akan kaya. Karena roda kehidupan ini khan berputar?



Benarkah.......?



Kenyataannya ada yang miskin selamanya dari kecil sampai tua bahkan sampai mati tidak pernah kaya, sementara ada yang kaya sejak kecil sampai tua bahkan sampai mati tak pernah jatuh miskin. Berputarkah roda kehidupan?



Sebaiknya pemahaman bahwa hidup ini seperti roda yang terus berputar harus mulai dirubah karena pada kenyataannya tidak semua orang mengalami hidup yang seperti roda. Ada yang terus-terusan miskin, ada yang terus-terusan kaya dan semakin kaya. Ternyata ada hidup yang stagnan. Atau memang terkadang roda kehidupan bisa macet dan tidak berputar? Bisa benar juga bisa tidak.



Jika memang hidup seperti roda yang berputar, lalu apa gunanya takdir? Ditakdirkan miskin atau kaya sama saja, karena jika memang hidup seperti roda yang berputar maka hidup tak perlu usaha karena tinggal menunggu saja roda berputar dengan sendirinya.




Jadi, hidup bukan seperti roda yang berputar. Melainkan seperti mendaki sebuah gunung. Ada yang harus melewati jalur terjal, ada yang harus melewati jalur landai ada juga yang harus melewati jalur yang berbukit-bukit, sehingga harus berkali-kali naik-turun bukit. Dan dalam perjalanan mendaki itu, bekal dan perlengkapannya berbeda-beda. Ada yang lengkap ada yang kurang lengkap. Kekuatan fisiknya juga berbeda-beda, ada yang kuat ada juga yang lemah, demikian pula jalur yang harus dilewati berbeda-beda juga, ada yang sulit ada yang mudah. Ada yang jalannya sudah te4rsedia, ada yang masih harus membuat jalan sendiri dulu baru bisa melangkah.



Lalu puncak gunung itu apa, kenapa kita semua harus mendaki sampai kesana? Karena puncak atau tujuan dari hidup adalah kesempurnaan untuk menjadi manusia seutuhnya. Dan tidak semuanya bisa sampai ke puncak gunung itu, ada yang sampai ke puncak, ada yang tersesat, ada juga yang terlena setelah sampai di puncak bukit saja dan lupa meneruskan perjalanan, padahal setelah sampai di puncak bukit harus kembali menuruni bukit lagi sampai tiba di puncak gunung tertinggi. Dalam perjalanan mendaki gunung itu ada yang menyerah dan kembali turun ke lembah, ada yang merasa cukup sampai di lerengnya saja, ada yang justru tidak mau melangkah sama sekali, dan ada juga yang terjebak jatuh ke dalam jurang dan tewas.



Karena itu sebenarnya siapapun kita sebenarnya sama saja, yang membedakan diantara kita hanyalah semangat, kesabaran dan keikhlasan dalam menempuh perjalanan hidup yang panjang dan penuh dengan jurang, lembah serta puncak-puncak bayangan ini.



Perjalanan mendaki gunung menggapai puncak gunung itu adalah usaha/ikhtiar kita, sementara jalur, perbekalan dan kekuatan fisik yang berbeda-beda itu adalah takdir yang sudah ditentukan Tuhan untuk kita.