It is not the mountain we conquer but ourselves

26/02/12

LEMBAH PLASMA


Gunung Tarub dan gunung Lamongan (Asal kata dari bahasa pandalungan “Klemongan atau Lemongan” yang berarti ”membingungkan”) sedangkan Tarub berasal dari kata “Terop” yang berarti menaungi karena puncaknya yang selalu tertutup awan, terletak di perbatasan dua kabupaten, yakni kabupaten Lumajang (Desa Papringan kecamatan Klakah) dan Kabupaten Probolinggo (Desa Gedangan kecamatan Tiris).

Tarub (left), Lamongan (right)and Plasma Valley (center)
Photo published in Taverne, 1926 "Vulkaanstudien op Java," (courtesy of Volcanological Survey of Indonesia).take from www.gunungbagging.com

Kedua gunung ini merupakan satu gugusan gunung berjenis strato yang masih aktif dan tergolong gunung api paling berbahaya dengan catatan letusan terakhir pada bulan Februari 1898 menyebabkan kerusakan besar di daerah Lumajang dan Probolinggo hingga menyisakan ketinggian sekitar 1651 mdpl untuk puncak gunung Lamongan dan 1671 untuk puncak gunung Tarub serta menghasilkan Lembah kecil di tengahnya (Lembah Plasma) dan 36 Maar (danau kawah) di sekelilingnya.

PUNCAK TARUB (Track dari Desa Darungan-Tiris)

Gunung ini berjuluk “gunung 1600-an yang serasa 3000-an”, kalau para pendaki Jawa barat biasa menyebutnya sebagai “Gunung cabe rawit” karena memang medannya yang sangat menantang dan cukup menguras tenaga. Untuk mencapai kedua puncaknya(Lamongan-Tarub) sekaligus sangatlah sulit dilakukan karena memang belum ada jalur bagi para pendaki. Oleh karena itu, gunung Tarub kurang begitu populer dikalangan para pendaki terutama para pendaki yang kurang menyukai tantangan.

Meskipun gunung Tarub-Lamongan merupakan satu gunung yang memiliki dua puncak, namun belum pernah ada ekspedisi menggapai dua puncaknya sekaligus. Tim RANGERS Probolinggo (Gabungan dari Plasma dan pecinta alam se-Probolinggo) pada tahun 1999 juga pernah melakukan ekspedisi menggapai puncak G. Tarub melalui jalur desa Gedangan-kecamatan Tiris dengan membuka jalur baru selama dua hari. Namun belum berhasil menembus puncak G.Lamongan sekaligus. Baru pada tahun 2008 Tim RANGERS Probolinggo akhirnya berhasil menggapai kedua puncaknya sekaligus dari jalur desa Papringan selama 3 hari (Ekspedisi tersebut tercatat dalam situs resmi Internasional www.gunungbagging.com)

TIM RANGERS PROBOLINGGO bersama Mr. Daniel Quinn (Writer of www.gunungbagging.com)dalam ekspedisi Tarub open Track from Desa Darungan-Tiris 2010


Berangkat dari latar belakang gunung Tarub dan gunung Lamongan yang cukup menarik dan sangat menantang untuk dijelajahi, sekaligus sebagai pengukuhan nama “Lembah Plasma” untuk lembah kecil yang terletak diantara puncak gunung Lamongan dan Puncak gunung Tarub. Pada tanggal 21-23 Maret 2012 Anggota PLASMA yang terdiri dari :Iwan Slash 14, Vivien 15, Putri Nabillah 24, Wulan 24, Bagoes 25, Fikri 25, Sisin 25, Andri Nur 26, Bhakti 26, Ega 26, Fahmi 26, Fauzi 26 dan Rio 26 serta Dedy 22 dan Firman 25 sebagai Tim Pendukung. Mengadakan ekspedisi membuka jalur pendakian ke puncak sejati G.Lamongan, puncak G. Tarub dan Lembah Plasma.


Senin, 21-01-2012 Ekspedisi kami diawali dari desa Papringan-Klakah-Lumajang,tepatnya dari rumah kepala desa Papringan tempat kami menitipkan sepeda motor. Perjalanan dimulai pada malam hari sekitar pukul 21.00 menapaki jalur tanah berbatu menuju Pesanggrahan Mbah Citro, dari Pesanggrahan Mbah Citro menuju pos “Watu Gedhe” kami sempat tersesat karena salah memilih jalur, setelah berputar-putar hampir satu jam menyisir hutan dan semak belukar ,beruntung kami bisa kembali menemukan jalur yang benar dan sekitar pukul 01.00 dini hari kami sampai di pos “Watu Gedhe” dan langsung mendirikan dome untuk segera beristirahat.



Minggu, 22-01-2012 cuaca sangat cerah hingga puncak Lamongan pun terlihat jelas seperti kubah raksasa yang menjulang angkuh, sekitar pukul 08.00 setelah sarapan pagi kami berangkat melanjutkan pendakian. Setelah melewati kawasan stepa yang cukup luas, medan berubah menjadi terbuka dan sangat menanjak, jalur dipenuhi padang ilalang, semak dan berbatu-batu. Perjalanan merayapi ”TANJAKAN PUTUS ASA” benar-benar melelahkan, selain beban yang cukup berat juga batu dan pasir yang labil membuat langkah semakin sulit.
TANJAKAN PUTUS ASA

Jalur semakin menanjak dengan medan hutan basah yang rapat. 2 jam setelah melewati tanjakan putus asa, kami tiba di lokasi yang terasa sangat sakral yakni SUMBER TETES atau juga sering disebut SUMBER GUCI. Konon air inilah yang biasa dipakai oleh Mbah Citro (juru kunci G. Lemongan) untuk upacara adat setiap tanggal 1 suro,karena dipercaya air dari sumber ini memiliki khasiat tertentu.



SUMBER TETES

Perjalanan yang sangat menguras tenaga kembali dilanjutkan dengan melewati jalur panjang yang menanjak dan terjal, sampai sekitar pukul 13.00 akhirnya kami tiba di puncak Lamongan dan dilanjutkan dengan menyusuri bibir kawah yang terjal sampai di pos “Pondok Sauna” yang dipenuhi uap panas belerang. Di sini kami kembali mendirikan dome dan beristirahat.



PUNCAK LEMONGAN




CAMP PONDOK SAUNA



Senin, 23-01-2012 Tepat pukul 06.00 kami bangun dan cuaca sangat cerah meski semalam sempat diguyur hujan deras. Luar biasa indah pemandangan dari sini, puncak sejati Lamongan, gunung Semeru, dan gunung Argopuro terlihat megah.Kami segera sarapan pagi dan bergegas melanjutkan perjalanan ke puncak sejati Lamongan. Pukul 10.00 kami tiba di puncak sejati G. Lamongan yang jarang didaki oleh pendaki.
PUNCAK SEJATI LEMONGAN

Dari puncak sejati ini, puncak candi, Lembah Plasma dan Gunung Tarub dengan hutannya yang sangat lebat tampak sangat jelas sekali terlihat. Setelah membidik koordinat kompas, perjalanan dilanjutkan kembali menuruni puncak sejati menuju ”Lembah Plasma” dengan membuka jalur sendiri. Dari sini kami berpisah dengan Dedy 22 dan Firman 25 yang terpaksa turun karena harus melakukan penjemputan setelah kami turun nanti.

PUNCAK TARUB dari puncak sejati Lemongan




Setelah menembus semak berduri dan hutan yang lebat, akhirnya pada pukul 11.00 kami sampai di dasar lembah dan langsung memasang papan nama “Lembah Plasma” sebagai simbol pengukuhan nama tempat tersebut sekaligus pencatatan sejarah baru PLASMA yang namanya telah terabadikan sebagai nama dari sebuah lembah di gunung Tarub.





Angin di kawasan lembah yang sedikit terbuka ini, bertiup sangat kencang sekali karena konon di lembah inilah pertemuan antara angin dari arah utara dan angin dari arah selatan sehingga menghasilkan angin Gending. Sambil terus mengayunkan parang, kami bergerak sangat lamban karena harus menebas semak-semak berduri yang semakin lebat dan basah. Puncak Candi dengan tebingnya yang terjal semakin dekat dan sangat jelas menjulang di depan kami. Medan terus menanjak dan sangat licin, beberapa saat kemudian kami tiba tepat di dasar tebing. Dari dasar tebing, kami bergerak memanjat tebing sedikit demi sedikit. Medan pendakian sangat curam dengan sudut kemiringan mencapai hampir 90 derajat. Kami harus mendaki dengan bantuan tali dan bergelantungan di beberapa dahan pohon yang tumbuh di sekitar tebing sampai di areal puncak candi yang sakral.
FAKTA LEMBAH PLASMA
Berdasarkan catatan Junghun , yakni seorang naturalis, doktor, botanikus, geolog dan pengarang berkebangsaan Jerman lalu berganti Belanda (Buch "Java seine Gestalt, Pflanzendecke und innere Bauart" Band 1. Arnoldische Buchhandlung, Leipzig 1852), Lembah "PLASMA" ini adalah kawah sebenarnya dari gunung Lamongan yang dihasilkan dari letusan gunung Lamongan Purba ketika masih merupakan kerucut raksasa. Karena itu, di lembah ini aktifitas vulkanik masih terasa sampai saat ini, ditandai dari tanah yang hangat dan terkadang berasap, jenis tanah berupa pasir kasar berwarna hitam keputih-putihan sebagai akibat dari proses pelapukan batuan vulkanik yang terbentuk saat terjadinya letusan gunung Lamongan purba terjadi, dan pohon-pohon yang jarang tumbuh hanya didominasi lumut yang sangat tebal yang tumbuh di tanah dan batu sebagai indikasi masih adanya gas sulfur(belerang) disana. Karena itu, di lembah PLASMA sebenarnya sangat rawan terbentuk gas beracun, yakni gas methan yang dihasilkan dari timbunan gas sulfur di dalam tanah yang sangat lama tersimpan. Dan ketika gas ini keluar dari tanah kemudian bercampur dengan air hujan atau embun, maka akan sangat berbahaya bagi manusia, seperti contohnya yang sering terjadi di kawah ratu -jawa barat.

TRACK MENUJU PUNCAK CANDI

Perjalanan kembali dilanjutkan dengan menembus padang ilalang dan semak berduri yang semakin lebat. Sekitar 1 jam berjalan, kami mulai memasuki kawasan hutan dengan pohon-pohon besar yang dipenuhi lumut seperti di gunung Argopuro Dan di kawasan hutan ini kami menemukan sebuah pohon tumbang yang kemudian tumbuh kembali membentuk sebuah jembatan alam yang luar biasa menakjubkan, yakni JEMBATAN GONDO MAYIT, yang artinya adalah Jembatan berbau mayat.
JEMBATAN GONDO MAYIT



Dari alas Gondo Mayit kami terus bergerak menembus hutan lebat yang berlumut. Kira-kira 30 menit berjalan mengikuti jalur naik yang mulai tertutup semak-semak dan ilalang yang tumbuh sangat lebat, Akhirnya pada pukul 13.00 kami berhasil mencapai puncak gunung Tarub. Puncak Tarub sangat sepi dan hutannya masih lebat seperti di puncak gunung Salak-Jawa Barat.. Namun sayang tiang Trianggulasi telah tercemari oleh tangan-tangan Vandalisme pendaki yang katanya mengaku sebagai Pecinta Alam.


Keadaan di puncak G. Tarub saat itu sangat cerah, tak ada kabut atau hujan yang biasanya selalu datang setiap saat di puncak sakral ini. Setelah puas menikmati pemandangan, kami kembali turun menuju lembah Lembah Plasma, Puncak Lamongan dan turun kembali sampai pesanggrahan Mbah Citro. Di Perjalanan turun,kami sempat diguyur hujan dan badai angin di pos Watu Gedhe. Bersyukur sekitar pukul 00.30 akhirnya kami sampai di pesanggrahan Mbah Citro, dimana Dedy dan Firman sudah menunggu untuk menjemput kami menuju rumah kepala desa Papringan(terima kasih buat kalian).

Kami merasa sangat senang sekali karena telah berhasil dengan selamat menggapai puncak gunung Tarub dan gunung Lamongan sekaligus mengabadikan nama ”LEMBAH PLASMA” Sebagai wujud kebanggaan kami terhadap PLASMA. Plasma Tabah Sampai Akhir!

Terima kasih Tuhan
Engkau telah menciptakan Gunung-gunung yang bisa kami daki, karena dari puncak-puncak gunung itu akhirnya kami bisa mendengar, melihat dan merasakan kebenaran dari ayat-ayat kebesaranmu


TRACK XPDC LATAR (Lemongan-Tarub)