It is not the mountain we conquer but ourselves

Your Life Is Your adventure

Kita Tidak Akan Bisa Tulus Mencintai Tanah Air Kita Sebelum Benar-benar Mengenal dan Menjelajahinya

Your Life Is Your adventure

Kita Tidak Akan Bisa Tulus Mencintai Tanah Air Kita Sebelum Benar-benar Mengenal dan Menjelajahinya

Your Life Is Your adventure

Kita Tidak Akan Bisa Tulus Mencintai Tanah Air Kita Sebelum Benar-benar Mengenal dan Menjelajahinya

Your Life Is Your adventure

Kita Tidak Akan Bisa Tulus Mencintai Tanah Air Kita Sebelum Benar-benar Mengenal dan Menjelajahinya

Your Life Is Your adventure

Kita Tidak Akan Bisa Tulus Mencintai Tanah Air Kita Sebelum Benar-benar Mengenal dan Menjelajahinya

28/12/10

FISIOLOGI TUBUH DI PEGUNUNGAN

     Mendaki gunung adalah perjuangan, perjuangan manusia melawan ketinggian dan segala
konsekuensinya. Dengan berubahnya ketinggian tempat, maka kondisi lingkungan pun
jelas akan berubah. Anasir lingkungan yang perubahannya tampak jelas bila
dikaitkan dengan ketinggian adalah suhu dan kandungan oksigen udara. Semakin
bertambah ketinggian maka suhu akan semakin turun dan kandungan oksigen udara juga
semakin berkurang.

     Fenomena alam seperti ini beserta konsekuensinya terhadap keselamatan jiwa kita,
itulah yang teramat penting kita ketahui dalam mempelajari proses fisiologi tubuh
di daerah ketinggian. Banyak kecelakaan terjadi di pegunungan akibat kurang
pengetahuan, hampa pengalaman dan kurang lengkapnya sarana penyelamat.

1. Konsekuensi Penurunan Suhu

Manusia termasuk organisme berdarah panas (poikiloterm), dengan demikian manusia
memiliki suatu mekanisme thermoreguler untuk mempertahankan kondisi suhu tubuh
terhadap perubahan suhu lingkungannya. Namun suhu yang terlalu ekstrim dapat
membahayakan. Jika tubuh berada dalam kondisi suhu yang rendah, maka tubuh akan
terangsang untuk meningkatkan metabolisme untuk mempertahankan suhu tubuh internal
(mis : dengan menggigil). Untuk mengimbangi peningkatan metabolisme kita perlu
banyak makan, karena makanan yang kita makan itulah yang menjadi sumber energi dan
tenaga yang dihasilkan lewat oksidasi.

2. Konsekuensi Penurunan Jumlah Oksigen

Oksigen bagi tubuh organisme aerob adalah menjadi suatu konsumsi vital untuk
menjamin kelangsungan proses-proses biokimia dalam tubuh, konsumsi dalam tubuh
biasanya sangat erat hubungannya dengan jumlah sel darah merah dari konsentrasi
haemoglobin dalam darah. Semakin tinggi jumlah darah merah dan konsentrasi
Haemoglobin, maka kapasitas oksigen respirasi akan meningkat. Oleh karena itu
untuk mengatasi kekurangan oksigen di ketinggian, kita perlu mengadakan latihan
aerobic, karena disamping memperlancar peredaran darah, latihan ini juga
merangsang memacu sintesis sel-sel darah merah.

3. Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani adalah syarat utama dalam pendakian. Komponen terpenting yang
ditinjau dari sudut faal olahraga adalah system kardiovaskulare dan
neuromusculare.
Seorang pendaki gunung pada ketinggian tertentu akan mengalami hal-hal yang kurang
enak, yang disebabkan oleh hipoksea (kekurangan oksigen), ini disebut penyakit
gunung (mountain sickness). Kapasitas kerja fisik akan menurun secara menyolok
pada ketinggian 2000 meter, sementara kapasitas kerja aerobic akan menurun (dengan
membawa beban 15 Kg) dan juga derajat aklimasi tubuh akan lambat.
Mountain sickness ditandai dengan timbulnya gejala-gejala :
               •Merasakan sakit kepala atau pusing-pusing
•Sukar atau tidak dapat tidu
•Kehilangan control emosi atau lekas marah
•Bernafas agak berat/susah
•Sering terjadi penyimpangan interpretasi/keinginannya aneh-aneh, bersikap
semaunya dan bisa mengarah kepenyimpangan mental.
•Biasanya terasa mual bahkan kadang-kadang sampai muntah, bila ini terjadi
maka orang ini harus segera ditolong dengan memberi makanan/minuman untuk mencegah
kekosongan perut.
•Gejala-gejala ini biasanya akan lebih parah di pagi hari, dan akan mencapai
puncaknya pada hari kedua.

Apabila diantara peserta pendakian mengalami gejala ini, maka perlu secara dini
ditangani/diberi obat penenang atau dicegah untuk naik lebih tinggi. Bilamana
sudah terlanjur parah dengan emosi dan kelakuan yang aneh-aneh serta tidak peduli
lagi nasehat (keras kepala), maka jalan terbaik adalah membuatnya pingsan.
Pada ketinggian lebih dari 3000 m.dpl, hipoksea cerebral dapat menyebabkan
kemampuan untuk mengambil keputusan dan penalarannya menurun. Dapat pula timbul
rasa percaya diri yang keliru, pengurangan ketajaman penglihtan dan gangguan pada
koordinasi gerak lengan dan kaki. Pada ketinggian 5000 m, hipoksea semakin nyata
dan pada ketinggian 6000 m kesadarannya dapat hilang sama sekali.

4. Program Aerobik

Program/latihan ini merupakan dasar yang perlu mendapatkan kapasitas fisik yang
maksimum pada daerah ketinggian. Kapasitas kerja fisik seseorang berkaitan dengan
kelancaran transportasi oksigen dalam tubuh selai respirasi.

Kebiasaan melakukan latihan aerobic secara teratur, dapat menambah kelancaran
peredaran darah dalam tubuh, memperbanyak jumlah pembuluh darah yang mrmasuki
jaringan, memperbanyak sintesis darah merah, menambah kandungan jumlah haemoglobin
darah dan juga menjaga optimalisasi kerja jantung. Dengan terpenuhinya hal-hal
tersebut di atas, maka mekanisme pengiriman oksigen melalui pembuluh darah ke sel-
sel yang membutuhkan lebih terjamin.

Untuk persiapan/latihan aerobic ini biasanya harus diintensifkan selama dua bulan
sebelumnya. Latihan yang teratur ternyata juga dapat meningkatkan kekuatan
(endurance) dan kelenturan (fleksibility) otot, peningkatan kepercayaan diri
(mental), keteguhan hati serta kemauan yang keras. Didalam latihan diusahakan
denyut nadi mencapai 80% dari denyut nadi maksimal, biasanya baru tercapai setelah
lari selama 20 menit. Seorang yang dapat dikatakan tinggi kesegaran aerobiknya
apabila ia dapat menggunakan minimal oksigen per menit per Kg berat badan. Yang
tentunya disesuaikan dengan usia latihan kekuatan juga digunakan untuk menjaga
daya tahan yang maksimal, dan gerakan yang luwes. Ini biasanya dengan latihan
beban, Untuk baiknya dilakukan aerobic 25-50 menit setiap harinya.

(Adapted from:  Materi Pencinta Alam & Ke”MAHESA”an
Oleh : Fajrul Iman Ibrahim N.S.A (003/MAHESA/PENDIRI/2007)









06/12/10

MY SONG


"JUWITA"
By
Iwan Kotetz and Sam Mizant
Vocal: Iwan Kotetz

Juwita malam ini kuingin kau hadir
di dalam pelukanku saat ini
Juwita malam ini kuingin kau temani aku
dalam sepi kali ini

Saat kau hadir kembali disini
Saat kau hadir di dalam mimpiku

Kuingin engkau hadir malam ini
walau hanya semalam saja
Kuingin engkau hadir kali ini
walau hanya di dalam mimpi




"Mars Plasma (Pecinta Alam SMAN 1 Probolinggo)"
By
Iwan Kotetz
Vocal: Iwan Kotetz

DI SINI KAMI BERDIRI
MENEMBUS BATAS DIRI
MENGASAH JIWA YANG RAPUH
TAJAMKAN HATI YANG MATI
 
BERSAMA KAMI MELANGKAH
RENUNGKAN ARTI DIRI
HANCURKAN KESOMBONGAN
ALAM KAN SELALU MENYAPA
 
INILAH KAMI
JIWA YANG TERUS MENYALA
INILAH KAMI
PLASMA YANG TABAH SAMPAI AKHIR




"AJARIKU"

By
Iwan KOTETZ
Vocal by:  Mochie

Ajarilah aku untuk membencimu
seperti kau ajari dirimu tuk membenciku
Ajarilah aku tuk selalu ingat dirimu
seperti waktu dulu kau selalu ingat diriku

Ajarilah aku untuk melupakanmu
seperti saat ini engkau melupakanku
mungkinkah dirimu masih mengingatku
karena saat ini ku selalu menunggumu

Salahkah aku yang masih mencintai dirimu
meski hatimu tak lagi teruntuk kisah ini
namun aku telah terjebak dalam perangkap cintamu

Tak mudah memang untuk lupakan cinta lama
meski kisah baru tercipta
akupun takkan bisa melupakan dirimu
meski ini kan menyiksaku
yang kuinginkan kau hadir hanya dalam mimpiku saja

02/12/10

HIDUP INI HANYALAH PERMAINAN YANG MENIPU



Pernakah kita mengakui bahwa kita ini sebenarnya selalu merasa tidak puas dengan hidup yang kita alami, dengan apa yang telah kita miliki atau dengan takdir yang harus kita jalani. Terkadang kita ingin berada dalam kehidupan orang lain, karena kita selalu merasa bahwa menjadi orang lain pasti lebih menyenangkan, tak peduli sukses atau tidak sukses, kaya atau miskin, biasa saja atau luar biasa. Semua itu adalah sebuah kewajaran, karena kita adalah manusia yang tidak pernah puas akan sesuatu.

Padahal segala sesuatu yang kita miliki dan kita alami dalam hidup ini jika kita mau berpikir, sebenarnya sudah dirancang sedemikian rupa dengan segala kelebihan dan kekurangannya, setiap kelebihan selalu disertai kekurangan. Hidup ini sebenarnya selalu berjalan seimbang. Ada yang hidupnya kaya raya, namun sepanjang hidupnya harus bergelut dengan penyakit yang menggerogoti tubuh, harus mengalami beberapa kali kawin-cerai, harus mengalami hidup yang dipenuhi tekanan, tidak pernah mendapatkan cinta dan kesetiaan, selalu dipenuhi kecurangan dan pengkhianatan, tidak pernah merasakan kedamaian, tidak pernah memiliki waktu luang untuk dirinya sendiri apalagi untuk keluarga dsb.

Sebaliknya, ada yang hidupnya selalu bahagia. Dianugerahi kesehatan dan umur yang panjang, hidupnya penuh kebebasan, mendapatkan cinta sejati dan kesetiaan, banyak teman dan sahabat yang setia dan terpercaya, selalu ada waktu luang untuk dirinya dan keluarga. Namun hidupnya sangat miskin.

Ada juga yang hidupnya serba berkecukupan dan dipenuhi kebahagiaan sejak kecil sampai ia mati. Dan sebaliknya ada juga yang hidupnya serba kekurangan, dipenuhi penderitaan, cobaan yang bertubi-tubi sejak kecil sampai Ia mati.

Manakah yang lebih baik?

Tentu setiap kita menginginkan hidup yang berkecukupan dan dipenuhi kebahagiaan. Setiap kita tentu tidak ingin hidup selalu kekurangan, menderita dan harus mengalami cobaan yang tak henti-hentinya. Padahal, sebenarnya semuanya sama saja. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk karena hidup ini hanya sebuah perjalanan yang sudah dirancang sedemikian rupa dan mau tidak mau harus kita lalui.

Namun………Bersyukurlah kita sebagai manusia. Di dalam perjalanan hidup ini suatu saat kita pasti akan bertemu dengan persimpangan jalan. Tidak hanya satu kali tetapi berkali-kali. Saat itulah kita bisa memilih jalan hidup kita, kita bisa sedikit merubah jalan hidup kita. Itulah yang dinamakan “kesempatan” atau sedikit merubah takdir, dan tidak banyak yang bisa memanfaatkan kesempatan itu. Kita terkadang melewatkannya begitu saja karena kita terlalu sibuk ingin menjadi seperti orang lain.

Hidup kaya, miskin, bahagia, menderita, biasa-biasa saja atau menjadi luar biasa. Semuanya tidak ada bedanya, karena intinya hanya bagaimana kita menyikapi hidup kita. Apakah kita mampu memetik hikmah dalam hidup yang harus kita jalani ini, apakah kita mampu bersyukur atas apa yang kita miliki/ alami tapi orang lain tidak memiliki/mengalaminya, apakah kita bisa ikhlas dan sabar menjalani hidup ini, apakah kita tahu untuk apa kita hidup ini?

Jadi, bukan kaya atau miskin yang menjadi tolak ukur dalam hidup ini. Kaya atau miskin, menderita atau bahagia. Semua itu hanya cara Tuhan menyadarkan kita supaya kita bisa memetik hikmah dalam hidup ini, belajar untuk ikhlas dan sabar, mengenali siapa sebenarnya kita ini dan untuk apa kita diciptakan.

Setiap kita diciptakan berbeda-beda, baik kemampuan fisik maupun mental karena masing-masing kita harus melalui perjalanan hidup yang berbeda-beda pula. Namun tujuannya tetap satu, agar kita mampu mengenali hakekat diri kita yang sebenarnya.

Sebagai makhluk Tuhan paling mulia dan paling sempurna yang pernah Tuhan ciptakan!
So.....
Hidup ini hanyalah permainan yang menipu!

ABOUT ME

ame                :IWAN ERFANTO
Address            :JL. FLAMBOYAN 12 PROBOLINGGO EAST JAVA-INDONESIA
Contact             :+6282337779666 or +6281334917993
Email                 :iwanerfanto@gmail.com - See more at: http://bromoexplore.blogspot.com/2013/12/guide.html#sthash.Cj0QgULX.dpuf
ame                :IWAN ERFANTO
Address            :JL. FLAMBOYAN 12 PROBOLINGGO EAST JAVA-INDONESIA
Contact             :+6282337779666 or +6281334917993
Email                 :iwanerfanto@gmail.com - See more at: http://bromoexplore.blogspot.com/2013/12/guide.html#sthash.Cj0QgULX.dpuf


Iwan Erfanto
(Mountaineer,Writer and Painter)
Probolinggo-East java-Indonesia
P: 082337779666
WA: 082337779666
Email: iwanerfanto@gmail.com


Iwan Erfanto (Right) and Mr. Daniel Patrick Quinn
(writer of www.gunungbagging.com)
On Peak of Mount Tarub-East Java

From Mr. Daniel Patrick Quinn: http://www.gunungbagging.com/lamongan/

Yesterday myself, Iwan Erfanto and friends and a couple of local chaps from Kampungan Darungan near Ranu Gedang successfully reached the true summit of Gunung Tarub, which is crowned with a cement pillar assumed to be from the Dutch era. It was very overgrown and we had to cut through the undergrowth for much of the way, but local people do climb it occasionally, most recently in 2008. A local chap also mentioned that he recalled some foreigners making an ascent a couple of decades ago – Java Lava probably. Whereas the approach from Mbah Citro’s house to Lamongan crater has an aura of eccentric spirituality, the friendly people of Ranu Gedang are much more ‘down to earth’. Because of the ongoing Bromo eruption, we could taste the ash on our gums and there was a light coating of dark brown volcanic sand on much of the foliage from about 900m or so. There are some amazing views of ancient outer craters, some of which are almost perfectly circular. It took us 5 hours to reach the summit and less than 3 to return, though it could be climbed more quickly at the moment while there is a fresh trail through the undergrowth.
Whether you enjoy a hike or not can depend to some extent to the people you climb with – this bunch were really great and I wholeheartedly recommend anyone wanting to explore this mountain to contact Iwan Erfanto – 082337779666 or email iwanerfanto@gmail.com. Probolinggo is the best base. Updated bagging information coming shortly…



Iwan Erfanto (Right) and Mr. Socrate Georgiades
 (writer of www.lagazettedebali.info) From France
On Peak of Mount Raung-East Java

Iwan Erfanto (Right) and Mr.Angus Potter and Mr. Nicholas from USA
Investor of PT.Gudang Garam Tbk
On Peak of Mount Semeru-East Java